Introduksi teknologi baru kepada petani seringkali menghadapi tantangan besar. Salah satunya yaitu rendahnya tingkat adopsi teknologi baru akibat ketidaksesuaian teknologi tersebut dengan preferensi petani. Mitra, sebagai pihak yang mengenalkan teknologi baru kepada petani, perlu memahami selera petani dalam mengadakan kemitraan. Model kemitraan dalam hal kontrak pertanian perlu memperhatikan selera atau preferensi petani sebagai produsen. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pengujian model kemitraan.
Dr. Pandu Laksono, S.P., M.GFAB., pada kuliah tamu tersebut, menyampaikan bahwa dengan memperhatikan preferensi petani, tingkat partisipasi dan tingkat adopsi terhadap teknologi baru dapat ditingkatkan. Peniliaian preferensi petani dan pendesainan model kemitraan yang tepat dapat dirancang dengan salah satu pendekatan ilmiah yaitu choice experiment approach. Choice experiment merupakan salah satu pendekatan stated preference yang digunakan untuk menilai preferensi individu dengan mengamati pernyataan pilihan. Choice experiment digunakan untuk membaca kombinasi karakteristik dari keinginan konsumen terhadap model kemitraan maupun teknologi yang akan dikenalkan yang dapat memberikan tingkat kepuasan tertinggi bagi petani.
Melalui pendekatan choice experiment, mitra melalui peneliti, dapat mengetahui willingness to accept (WTA) dan willingness to pay (WTP) petani. Pendekatan tersebut juga dapat mengungkap penilaian petani terhadap atibut-atribut skema kontrak produksi yang merupakan hypothetical alternatives. Dalam lingkup pertanian, choice experiment banyak digunakan dalam menentukan paket kebijakan, skema kolaborasi, dan untuk menyusun teknologi perbenihan dalam pemuliaan tanaman.